Minggu, 26 November 2017

puisi

Kumpulan Puisi

1.      Bunga Asoka
Di depan kelasku
Tumbuh bunga asoka yang sangat indah
Merah warnanya
Harum bunganya
Kau sangatlah indah
Mekartumbuh di hatiku…

2.      Pelangi
Sungguh engkau sangat indah penlangi
Di langit yang biru
Seandainya aku mempunyai sayap dan aku bisa terbang
Aku akan menemui pelangi
Oh tuhan, pertemukanlah aku dengan pelangi yang sungguh indah ini
Aku ingin sekali bertemunya

3.      Kupu-Kupu Cantik
Oh kupu-kupu…
Sungguh indah sayapmu
Kupu-kupu terbang tinggi
Bunga-bunga dihinggapi
Sayapnya berwarna-warni
Sungguh menarik hatiku
Kau mencari madu, ku ingin memeliharamu
Sungguh indah ciptaan Allah SWT

4.      Senja di Pantai
Lihat perahu yang terdiam di tepian pantai
Debur ombak tanpa lelah
Meriaknya buih saksikan kesendirian
Berjalan menyisir pantai
Pantai bisu rumah kerang dan siput yang rapuh tanpa sapa
Nestapa sebagai kamu yang makin jauh




5.      GuruKu
Guruku. . .
Engkau pahlawan tanpa tanda jasa
Engkau jadikan kami tahu
Engkau jadikan kami mengerti
Dan engkau juga jadikan kami pintar

Guruku…
Engkau tak kenal lelah dan putus asa
Engkau didik kami dengan kesabaran dan dengan kesungguhan

Guruku. . .
Ingin sekali kubalas jasamu
Dengan kesungguhanku belajar
Dengan kesuksesanku

Guruku…
Selalu aku panjatkan do’a untukmu
Semoga tuhan membalas jasa-jasa dan ketulusanmu
Amin…


6.      Indonesiaku
Angin berdesir di pantai
Burung-burung terbang berkicau dengan merdu
Embun pagi membasahi rumput-rumput
Itulah Indonesiaku…
Sawahnya menghijau
Gunungnya yang menjulang tinggi
Rakyatnya aman dan makmur
Indonesiaku…
Tanah airku…
Tanah tumpah darahku…
Disinilah aku dilahirkan dan dibesarkan

7.      Kekaguman
Ibu…
Karena rindu pada bijakmu
Tiap saat kusunting do’a dari nadiku
Senyummu yang mempesona lewat bingkai yang usang
Membuat hati dan muaranya menyatu di taman surga merasa damai di sisi-Nya

Ayah…
Di malam hari kita duduk di beranda rumah dan menghitung kerlip bintang di langit
Segores nasehat tak lupa engkau titipkan
Isyaratmu mengantarku lelap untuk menjemput hari esok
     
8.      Taman Bungaku
Lihatlah taman bungaku ini
Yang aku rawat dengan ketulusan dan sepenuh hati
Bungaku mekar satu per satu
Mawar, melati dan bunga anggrek
Bunga-bunga yang aku rawat kusiram selalu

9.      Perempuan Itu adalah Ibuku
Perempuan yang bernama kesabaran
Apabila malam menutup pintu-pintu rumah
Masih saja ia duduk menjaga
Anak-anak yang sedang gelisah dalam tidurnya
Perempuan itu adalah IBUKU…
Perempuan yang menangguhkan segalaya bagi impian-impian yang mendatang
Telah memaafkan setiap dosa dan kenakalan anak-anak sepanjang zaman
Dan dengan segala ketulusan ia membasuh setiap niat busuk anak-anaknya

10.  Pagi Yang Indah
Pagi ini…
Pagi yang sungguh indah
Udara yang sangat sejuk
Burung pun mulai berkicauan
Bunga-bunga pun mulai bermekaran
Saya senang bisa melihat keindahan di hari pagi ini

resensi buku

Nama: Kuratul ainia
Kelas: 1B/PGSD
NPM: 15862061A000886

RESENSI BUKU
KERA PUN BISA MENGAJI (Rekam jejak Sejarah Islam di Madura)

1.      Judul Buku                       : Kera pun bisa mengaji (Rekam
                                           jejak Sejarah Islam di Madura)
2.      Penulis                              : Iwan Kuswandi,M.Pd.I
3.      Penerbit                            : Lembaga Ladang Kata
4.      Cetakan                            : Kedua, Oktober 2015
5.      Tahun terbit                      : 2015
6.      Halaman                           :173
7.      ISBN                                : 978-602-1093-26-9







RIWAYAT HIDUP PENULIS
Iwan Kuswandi,M.Pd.I, lahir di Pabian, Sumenep, 02 Ramadhan 1408 H, anak bungsu dari empat bersaudara,dari pasangan Abah H. Nafi dan Ummi Hj. Toya. Penulis belajar mengaji ke Kiai Misradin di Madrasah Diniyah Nurut Tauhid Pabian Sumenep. Kemudian mondok dan menimba ilmu ke Kiai Tidjani dan Kiai Idris saat mondok di pondok pesantren TMI Al-Amin Prenduan, kemudian kuliah ke Kiai Maktum selaku Rektor, sampai penulis mendapat gelar sarjana dikampus IDIA Parenduan. Selain itu, juga pernah nyantri ke Kiai Syarqawi Pajung Batu Putih Sumenep, mondok ke Kiai Abdul Bayan di pesantren Mamba’ul Ulum Bata-bata Pamekasan, ngekos dekat pesantren mahasiswa al-Jihad Surabaya saat kuliah S2 di IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Pengalaman mengabdi di dunia pendidikan pesantren: pernah mengajar di Madrasah Diniyah Nurut Tauhid Pabian Sumenep, di TMI dan IDIA pondok pesantren Al-Amin Prenduan Sumenep, di pondok pesantren Miftahul Ulum Tarate Sumenep, di pondok pesantren Ar-Raudah Gung-gung Sumenep, dan sekarang aktif sebagai dosen di kampus STKIP PGRI Sumenep. Karya buku tentang kepesantrenan: Mengenal Kiai Moh Tidjani Djauhari,MA. Menelusuri Kiprah dan Perjuangannya. (di terbitkan oleh Penerbit Media Qowiyul Amien Surabaya), Kiai A.Djauhari Chotib Muqaddam Tarekat Tijaniyah Madura 1904-1971. (di terbitkan oleh Penerbit Mutiarapress Sumenep), Editor buku Sayyidul Anbiya’ dan Sayyidul Auliya’ KARYA Kiai A.(di terbitkan oleh Penerbit Pondok Mas Yongyakarta), dan Sang Konseptor Pesantren (di terbitkan oleh penerbit Ladang Kata Yongyakarta). Sekarang penulis beserta istri tercinta (Ilfiatul Marhamah), tinggal di lingkungan pondok pesantren Al-Muqri Prenduan Sumenep.
       Buku ini menjelaskan atau memberitahukan kepada pembaca tentang bagaimana sejarah baru Islam di Madura, selain itu buku ini bertujuan untuk memberitahukan tentang kiprah dan perjuangan Ulama dalam menyiarkan agama Islam di Sumenep. Dalam buku ini terdapat 173 halaman yang menceritakan biografi 24 tokoh pejuang Islam yang tersebut diantaranya adalah Kia Brambang, Bindhara Saod, Sultan Abdurrahman, Kiai Zainal Arifin , Kiai Ilyas Syarqawi, Kiai Abdullah Sajjad, Kiai Dahlan Imam, Kiai Abu Sujak, Kiai Asnawi Imam, Kiai Ali Wafa, Kiai Djauhari Chotib, Kiai Usymuni Tarate, Kiai Bahaudin Mudahry, Kiai Abdullah Husain, Kiai R. Abd Syakur, Habib Muhsin al-Hinduan, Kiai Amir Ilyas, Kiai Mu’min Hanafi, Kiai Tidjani Djauhari, Kiai Warits Ilyas, Kiai Idris Jauhari, Kiai Habibullah Rais, Kiai Jamaluddin Kafie, Kiai Fauzi Sirran. Semua tokoh tersebut sangatlah berpengaruh terhadap sejarah Islam di Indonesia.
        Dalam halaman pertama buku ini menjelaskan tentang sosok Kiai Ali Barambang yang merupakan putra dari Kiai Hatib Paddusan bin Sayyid Baidhawi (Pangeran Katandur) bin Panembahan Pakaos bin Sayyid Jakfar As-Shodiq (Sunan Kudus). Dalam sejarahnya beliau memiliki sebuah pesantren yang di dalamnya banyak sekali santrinya. Sehingga suatu hari putra seorang Raja mondok di pesantrennya. Beliau adalah sosok Kiai yang bijaksana dan tegas dalam bertindak. Pada saat belajar mengaji putra tersebut di marahi dan di pukul oleh Kiai karena terlalu bodoh. Yang dilakukan Kiai sebenarnya bukan niat untuk memukul putra raja tersebut melainkan memukul kebodohan dan bukan ditujukan kepada orang tersebut.
        Pada halaman selanjutnya setelah Kiai Ali, masih banyak para tokoh Islam yang juga berpengaruh terhadap perkembangan ajaran Islam yang ada di daerah Sumenep. Perjuangan untuk membumikan ajaran Islam dari segala persoalan yang ada pada waktu itu melanda Kabupaten Sumenep. Persoalan tersebut sangat beragam yang terjadi misalnya: sejak zaman kerajaan, penjajahan, awal kemerdekaan (orde lama), orde baru sampai pasca Reformasi.
         Salah satu rekam jejak yang dapat di ambil benang merahnya dari perjuangan para tokoh yang berjumlah 24 yaitu Sultan Abdurrahman melakukan strategi politik jangka panjang untuk memberikan ruang segar bagi masyarakat Sumenep agar bisa berdiri tegak otonom di hadapan eks kekuatan Mataram atau Belanda sendiri, dengan mengangkat dirinya sebagai Sultan Otoritas Politik Sumenep. Ini menegaskan bahwa Sumenep bukan vassa 1 jawa “politik main mata” dengan Belanda ini ternyata juga membuahkan hasil yaitu terkurangnya kolonialisme Belanda di Sumenep.
          Kesultanan Sumenep ingin membebaskan dirinya secara implisit dari dominasi pribumi dari kolonialisasi asing. Lantas bagaimana dengan moral kita yang di jajah pada era saat ini?
          Kelebihan dari buku ini adalah Bahasa yang digunakan mudah dimengerti oleh para pembaca sehingga pembaca mudah menemukan point penting tanpa harus membaca ulang, Sedangkan kelemahan dari buku ini adalah penulisan kata yang kurang tepat, tidak ada footnote, dan tidak dilengkapi dengan gambar peninggalan-peninggalan maupun gambar dari para tokoh.
           Seandainya penulis ini dapat melengkapi segala kekurangan tersebut, maka akan lebih sempurna lagi dari sebelumnya sehingga pembaca tidak mudah bosan dan jenuh dalam membaca buku ini.
            Buku ini layak untuk dimiliki oleh siapapun yang ingin mengetahui tentang Rekam Jejak Sejarah Islam di Madura,khususnya masyarakat Madura itu sendiri yang ingin meneladani masing-masing tokoh agar dapat di aplikasikan pada era saat ini. Selanjutnya aka ada banyak hal yang akan didapat dari membaca buku ini, selain pembaca diharapkan mengetahui dan paham. Harapan si penulis agar buku ini dapat dihayati, diambil, dan diterapkan dalam kehidupan kita se hari-hari.

cerita

Nama  : Kuratul ainia
Prodi   : PGSD/IV B             
Kupu-Kupu Kecil Yang Sombong
 Pada pagi hari ketika bangun dari tidur, ada seekor kupu-kupu kecil badannya yang sangat mungil dan lucu. Sepanjang sayapnya yang berwarna kelabu bergaris-garis biru. Sayapnya bercorak titik-titik berwarna kuning emas yang kemilau dihiasi totol-totol hitam kecil. Karena keindahan sayapnya, kupu-kupu kecil itu lalu menjadi sombong. Kupu-kupu itu suka membanggakan dirinya dan mencacimaki binatang-binatang yang lain.
Pada hari itu kupu-kupu bertemu dengan seekor kumbang yang berwarna hitam dan seekor katak. Kupu-kupu kecil itu mengejek si kumbang hitam tersebut. Dan dengan sikap sombongnya, kupu-kupu mendekati si kumbang dengan perkataan yang sinis.
“Tubuhmu jelek, hitam pekat sekali seperti arang” kata kupu-kupu.
Dan setelah itu, kupu-kupu melihat seekor katak yang sedang berjemur di pinggiran sungai, kupu-kupu juga mengejek si katak itu. 
“Hey katak….punggungmu sangat menjijikkan dan lihatlah mulutmu juga sangat lebar sekali” kata kupu-kupu.
Pada malam hari, kupu-kupu kecil itu melihat sinar yang berkedip-kedip memancar dari tubuh seekor binatang kecil. Ternyata binatang kecil itu adalah kunang-kunang. Kupu-kupu memandangi kunang-kunang dengan perasaan yang begitu kagum dan sempurna karna dia memiliki pancaran sinar terang di tubuhny. Kupu-kupu kecil itu juga ingin memiliki cahaya seperti kunang-kunang. Kupu-kupu kecil tersebut juga ingin tubuhnya menjadi lebih indah dengan cahaya itu.
 “Hai kunang-kunang, dari mana kamu mendapatkan pancaran sinar itu?” tanya kupu-kupu kepada kunang-kunang.
“Aku sejak lahir sudah di takdirkan seperti ini.Tetapi setahuku ada benda lain yang bisa bersinar yaitu, api” jawab kunang-kunang.
“Dimana api itu berada?” tanya kupu-kupu kepada kunang-kunang.
“Dirumah manusia pada malam hari” jawab kunang-kunang.
Lalu kupu-kupu kecil sangat senang mendengar penjelasan dari kunang-kunang. Kupu-kupu kecil itu segera terbang menuju ke rumah manusia di sekitar persawahan. Akhirnya kupu-kupu kecil itu berhasil masuk melalui angin di atas jendela rumah itu. Kupu-kupu kecil langsung terpesona dan tertarik saat melihat api yang menyala di sebuah pelita kecil. Pelita yaitu lampu sederhana yang menggunakan minyak tanah. Api itu terus memancarkan sinarnya yang menerangi seluruh ruangan.
Dengan penuh gembira dan semangat, kupu-kupu kecil mendekati dengan pelan-pelan pelita kecil itu dan menyambar apinya. Kupu-kupu kecil itu ingin mengambil sedikit api untuk ditempelkan ke seluruh tubuhnya agar tubuh kupu-kupu kecil itu bisa memiliki badan yang memancarkan sinar. Tetapi sungguh malang nasib kupu-kupu kecil itu, ternyata api itu menyambar sayapnya.
 “Awwwww panas-panas” teriak kupu-kupu yang merasa kesakitan dan terbang menjauh.
Sayapnya yang indah lalu terbakar hangus dan tidak seperti di awal lagi. Kupu-kupu kecil menyesal karena tak puas dengan keindahan yang telah dimiliki saat ini. Dan sekarang pun kupu-kupu tidak bisa lagi membanggakan atau menyombongkan dirinya.
Kupu-kupu kecil itu sedih dan menangis atas apa yang telah dilakukannya, tubuhnya tidak seindah dulu lagi. Kupu-kupu kecil itu menyesal sudah mengejek binatang-binatang yang lain, yaitu binatang kumbang dan katak. Keesokan harinya kupu-kupu kecil itu menemui binatang kumbang dan katak, lalu kupu-kupu kecil itu meminta maaf kepada kumbang dan katak atas apa yang telah dilakukannya. Kumbang dan katak pun memaafkan kesalahan atas kupu-kupu kecil yang sudah meledeknya. Akhir cerita kupu-kupu kecil itu bergembira dan dapat bermain dengan binatang yang lainnya dan tidak ada kata lagi menyombongkan dirinya. Dimata binatang-binatang yang lain merasa sama dan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Pesan Moral :

Janganlah menyombongkan diri dan menghina orang lain, karena semua yang kita punya adalah milik sang pencipta yaitu Allah SWT. Bersyukurlah dengan apa yang kita miliki sekarang. Percayalah Allah SWT selalu memberikan yang terbaik untuk kita.